Jumat, 19 September 2008

Mencari Inspirasi Dakwah


Dakwah dalam pengertian yang sempit barangkali hanya pemberian petuah, tausiyah, ceramah dan lain sebagainya secara langsung antara pemberi dakwah dengan yang di berikannya. Namun sesungguhnya banyak sekali metoda dakwah yang barangkali telah kita pelajari namun kurang mengerti seperti yang dicontohkan Rosulillah Muhammad SAW, bahwa terkadang dengan sabda, dengan perbuatan dan dengan hukum.

Untuk terus mensyiarkan agama Allah ini tidaklah harus selalu mendidik masyarakat sekitar dengan berbicara, namun lebih banyak memberikan tauladan akan sangat membantu dalam proses dakwah, dan barangkali dengan terus menjaga hukum2 Allah dalam kehidupan kita maka akan sangat positiv agama Islam dipandang oleh sesama. Dan lain pula apabila kita mengklaim dengan segala dasar2 baik dari Alqur'an maupun Alhadits betapa mulia hidup ini dengan menjalankan hukum2 Allah yang tersurat dan tersirat, tetapi pada kenyataannya apa yang kita lakukan tidak sesuai dengan apa yang kita sampaikan maka dengan sendirinya orang2 sudah tidak lagi percaya dengan kita.


Dakwah biarpun sedikit patutlah kita berikan, entah terhadap anak, istri, saudara, dan lain sebagainya sehingga sampai pada saudara yang bukan seagama dengan kita, dengan catatan apa yang kita sampaikan dengan apa yang kita jalani haruslah seirama. Dengan belajar dari moteda dakwah para pemimpin jaman dahulu maka sesungguhnya kita dibisa berdakwah dalam hal apa saja, ada seni tari, ada upacara adat, ada lagu-lagu bahkan ada juga mainan anak2. Tentu tidak asing bagi kita masyarakat Jawa dengan lagu yang masih populer sampai saat ini yaitu lagu ilir-ilir, yang konon penciptanya adalah salahsatu Wali Songo yang tersohor. Adalah Sunan Kalijaga sebagai pengarang tembang tersebut yang apabila kita cermati sangatlah bermakna sekali bagi kehidupan beragama seorang, dan disana juga banyak sekali unsur dakwahnya. marilah sejenak kita perhatikan tembang tersebut :

"Ilir-ilir, Ilir-ilir, tandure (hu)wus sumilir"/Bangunlah, bangunlah, tanamannya telah bersemi. Maksudnya adalah :
(Kanjeng Sunan mengingatkan agar orang-orang Islam segera bangun dan bergerak. Karena saatnya telah tiba. Karena bagaikan tanaman yang telah siap dipanen, demikian pula rakyat di Jawa saat itu (setelah kejatuhan Majapahit) telah siap menerima petunjuk dan ajaran Islam dari para wali).

"Tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar"/Bagaikan warna hijau yang menyejukkan, bagaikan sepasang pengantin baru. Maksudnya adalah :
(Hijau adalah warna kejayaan Islam, dan agama Islam disini digambarkan seperti pengantin baru yang menarik hati siapapun yang melihatnya dan membawa kebahagiaan bagi orang-orang sekitarnya).

"Cah angon, cah angon, penek(e)na blimbing kuwi"/Anak gembala, anak gembala, tolong panjatkan pohon belimbing itu. Maksudnya adalah :
(Yang disebut anak gembala disini adalah para pemimpin. Dan belimbing adalah buah bersegi lima, yang merupakan simbol dari lima rukun islam dan sholat lima waktu. Jadi para pemimpin diperintahkan oleh Sunan Kalijaga untuk memberi contoh kepada rakyatnya dengan menjalankan ajaran Islam secara benar. Yaitu dengan menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu).

"Lunyu-lunyu penek(e)na kanggo mbasuh dodot (s)ira"/Biarpun licin, tetaplah memanjatnya, untuk mencuci kain dodot mu. Maksudnya adalah :
(Dodot adalah sejenis kain kebesaran orang Jawa yang hanya digunakan pada upacara-upacara atau saat-saat penting. Dan buah belimbing pada jaman dahulu, karena kandungan asamnya sering digunakan sebagai pencuci kain, terutama untuk merawat kain batik supaya tetap awet.

Dengan kalimat ini Sunan Kalijaga memerintahkan orang Islam untuk tetap berusaha menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu walaupun banyak rintangannya (licin jalannya). Semuanya itu diperlukan untuk menjaga kehidupan beragama mereka. Karena menurut orang Jawa, agama itu seperti pakaian bagi jiwanya. Walaupun bukan sembarang pakaian biasa).

"Dodot (s)ira, dodot (s)ira kumitir bedah ing pingggir"/Kain dodotmu, kain dodotmu, telah rusak dan robek. Maksudnya adalah :
(Saat itu kemerosotan moral telah menyebabkan banyak orang meninggalkan ajaran agama mereka sehingga kehidupan beragama mereka digambarkan seperti pakaian yang telah rusak dan robek).

"Dondomana, jlumatana, kanggo seba mengko sore"/Jahitlah, tisiklah untuk menghadap (Gustimu) nanti sore. Maksudnya adalah :
(Seba artinya menghadap orang yang berkuasa (raja/gusti), oleh karena itu disebut 'paseban' yaitu tempat menghadap raja. Di sini Sunan Kalijaga memerintahkan agar orang Jawa memperbaiki kehidupan beragamanya yang telah rusak tadi dengan cara menjalankan ajaran agama Islam secara benar, untuk bekal menghadap Allah SWT di hari nanti).

"Mumpung gedhe rembulane, mumpun jembar kalangane"/Selagi rembulan masih purnama, selagi tempat masih luas dan lapang. Maksudnya adalah :
(Selagi masih banyak waktu, selagi masih lapang kesempatan, perbaikilah kehidupan beragamamu).

"Ya suraka, surak hiya"/Ya, bersoraklah, berteriak-lah IYA. Maksudnya adalah :
(Disaatnya nanti datang panggilan dari Yang Maha Kuasa nanti, sepatutnya bagi mereka yang telah menjaga kehidupan beragama-nya dengan baik untuk menjawabnya dengan gembira).

Dengan memperhatikan tembang tersebut barangkali akan lebih banyak lagi tergali potensi ataupun inspirasi berdakwah yang mampu di terima masyarakat secara umum, dan barangkali juga dengan postingan seperti dalam dunia maya ini menjadi salahsatunya.
Sumber : Suara merdeka

1 komentar:

musholla-alhikmah mengatakan...

thanks for your comment, its nice know you